Langsung ke konten utama

Unggulan

9C

sebutkan satu contoh adat istiadat yang masih lestari di kampung kalian. tuliskan sejarah singkatnya. jawab di kolom komentar. selamat belajar dirumah.

9B

sebutkan satu contoh adat istiadat yang masih lestari di kampung kalian.
tuliskan sejarah singkatnya.

jawab di kolom komentar.

selamat belajar dirumah.

Komentar

  1. NAMA:ARINDA RIFATULLOH
    KELAS:9B
    NO.ABSEN:05

    tradisi : mitoni/tingkeban
    Merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh ibu hamil yang berusia 7 bulan bertujuan agar bayi dan ibunya selamat waktu persalinan dan sehat dan dijauhkan dari penyakit.


    SEJARAHNYA:
    Adapun terkait sejarah dan asal-usul tradisi tujuh bulanan/tingkeban/mitoni ini, berawal pada masa Prabu Jayabaya. Diceritakan, waktu itu ada sepasang suami istri bernama Niken Satingkeb dan Sadiya, mereka melahirkan bayi sembilan kali namun tidak satupun yang hidup.

    Kemudian, keduanya menghadap raja Kediri, yaitu Prabu Widayaka (Jayabaya), mereka disarankan agar menjalankan tiga hal yaitu: Setiap hari rabu dan sabtu, pukul 17.00, diminta mandi menggunakan tempurung kelapa (bathok) yang gagangnya memakai kayu kemuning.

    Setelah mandi berganti pakaian yang bersih dengan memangku kelapa gading yang digambari Arjuna dan Shinta yang diikat dengan daun tebu hitam lalu dibrojolkan (jatuhkan dari pangkuan) kebawah, setelah kelapa gading tadi dibrojolkan, lalu diputuskan menggunakan sebilah keris oleh suaminya. Setelah ikatan terputus buru-buru sang calon nenek dari suami mengambil kelapa yang yerlebih dulu jatuh lantas menggendong layaknya kelapa itu sebagai bayi.

    Konon, setelah melakukan upacara tersebut, Niken Satingkeb dapat hamil dan melahirkan anaknya dalam kondisi mudah dan hidup. Akhirnya, sejak saat itu apabila ada orang hamil apalagi hamil pertama dilakukanlah upacara tradisi tingkeban atau mitoni yang tujuannya agar anak yang lahir beserta ibunya dapat selamat dan sehat.

    BalasHapus
  2. NAMA : BALGIS MELDA AURELIA
    KELAS : 9b
    NO . ABS : 7

    Nama tradisi : WIWIT / WIWITAN , adalah tradisi leluhur keluarga petani yang dilaksanakan menjelang panen atau di awal musim panen padi . Secara etimologi Wiwit artinya memulai , maksudnya memulai panen . Disebut sebagai "wiwitan" karena arti "wiwit" adalah "mulai" , jadi memulai memotong padi sebelum panen diselenggarakan .

    SEJARAH SINGKAT :

    Makna tradisi wiwit adalah sebagai wujud terima kasih dan wujud syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri ( Dewi padi ) yang telah menumbuhkan padi yang ditanam sebelum panen .
    Dewi Sri ( Sinansari ) sendiri merupakan tokoh dalam kepercayaan umat Hindu / Jawa yang dipercaya memberikan kenikmatan berupa tanaman padi / beras , dikenal dengan Dewi padi . Maka tak heran jika terdapat varietas padi , merk kemasan beras , nama usaha penggiling padi atau usaha dagang toko sembako memberi nama dengan "Sri " atau "Dewi Sri" .
    Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena bumi dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya . Dalam tradisi Jawa , konsep meminta kepada sedulur sikep tidak ada atau tidak sopan , kepada sedulur sikep kita harus memberi sekaligus memberi , bukan meminta. Jika hormat kita berkurang kepada bumi , atau kita tidak menjaga kelestarian alam , maka bumi akan memberi balasan dengan situasi yang buruk yang disebut "pagebluk" , ditandai dengan hasil panen yang buruk , padi tidak berisi "gebug" atau kekeringan , cuaca tak menentu , dll.
    Tradisi wiwit merupakan wujud kebudayaan turun temurun leluhur masyarakat Jawa . Wiwit adalah tradisi petani yang diadakan menjelang panen pada saat bulir padi menguning dan siap panen ( Jawa : mekatak ) . Dalam tradisi wiwit terdapat ubarampe ( perlengkapan ) yang harus disiapkan biasa disebut sesaji atau sajen . Sesaji atau sajen adalah sarana atau perlengkapan yang ditujukan dalam rangka permohonan kepada sang pencipta yang maha pemberi atas dasar kepercayaan kepada " yang berkuasa " di tempat tersebut atau " yang menjaga " dan yang menguasai daerah tersebut .

    BalasHapus
  3. Nama:Anisa Fitria Rahmawati
    Kelas:9B
    No.absn:03

    Tradisi:tingkeban
    Sejarahnya:
    Asal mula tradisi Tingkeban ini konon sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Kediri pada masa diperintah Raja Jayabaya. Dikutip dari sebuah jurnal karya Iswah Adriana berjudul Neloni, Mitoni, atau Tingkeban, waktu itu ada pasangan suami istri. Sang istri bernama Niken Satingkeb dan Suami bernama Sadiyo. Dari pasangan itu, lahirlah sembilan orang anak. Tapi semua anak mereka tak berumur panjang.

    Oleh karena itu pasangan suami istri itu mengadu kepada raja atas cobaan yang dialami. Sang raja kemudian memberi petunjuk kepada Satingkeb dimana Ia harus mandi dengan air suci pada Hari Rabu dan Sabtu dengan gayung tempurung disertai doa.

    Setelah mandi, Ia kemudian mengenakan kain yang bersih. Kemudian dijatuhkannya dua butir kelapa gading melalui jarak perut dan pakaian. Kemudian ketika sudah hamil, ia melilitkan daun tebu wulung pada perutnya dan kemudian daun itu dipotong dengan keris. Segala petuah itu harus dijalankan dengan teratur dan cermat. Sejak saat itulah masyarakat Jawa mulai menjalankan tradisi Tingkeban secara turun temurun.

    BalasHapus
  4. NAMA:DEVINA FERONICA
    KELAS:9B
    NO.ABSEN:9

    Tradisi:Kenduren/Selametan
    Sejarah singkatnya:
    Tradisi ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin oleh tetua adat atau tokoh agama.Adanya akulturasi budaya Islam dan Jawa di abad ke-16 Masehi membuat tradisi ini mengalami perubahan besar,selain doa Hindu/Budha yang awalnya digunakan diganti ke dalam doa Islam,sesaji dan persembehan juga menjadi tidak lagi dipergunakan dalam tradisi ini.

    Berdasarkan tujuannya,tradisi ini terbagi menjadi beberapa jenis yang diantaranya:
    1.Kenduren Wetonan (wedalan) adalah tradisi kenduren yang digelar pada hari lahir seseorang (weton) dilakukan sebagai sarana untuk memanjatkan doa panjang umur secara bersama-sama.
    2.Kenduren Sabanan (munggahan) adalah tradisi yang dilakukan untuk menaikan leluhur orang Jawa sebelum memasuki bulan puasa.Tradisi kenduren ini umumnya dilakukan di akhir bulan Sya,ban,sebelum ritual nyekar atau tabur bunga di makam leluhur mereka lakukan.
    3.Kenduren Likuran adalah tradisi kenduren yang digelar pada tanggal 21 bulan puasa dan dilakukan untuk memperingati turunnya Al-Qur'an atau Nujulul Qur'an.
    4.Kenduren Ba'dan adalah tradisi kenduren yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri yang tujuannya untuk menurunkan arwah leluhur ke tempat peristirahatannya.
    5.Kenduren Ujar adalah tradisi kenduren yang digelar jika suatu keluarga Jawa memiliki hajat atau tujuan,misal ketika hendak berkirim doa pada arwah leluhur,khitanan,pernikahan,dan lain sebagainya.
    6.Kenduren Muludan adalah tradisi kenduren yang digelar setiap tanggal 12 bulan Maulud dengan tujuan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

    BalasHapus

Posting Komentar

Selamat mengerjakan

Postingan Populer